Ridho Allah SWT

Mencari ridho Allah SWT. Kalimat ini sering kita dengar dan kita baca. Mengacu ke al-Quran al-Hadi, saya tunjukkan contohnya di bawah ini:

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. 2: 265).

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. 2: 207).

Saya pun bertanya kepada diri sendiri, khususnya kepada akal dan qolbu, (a) apa makna ridha? Pertanyaan ini dijawab dengan baik oleh artikel Mengapa Ridha Allah dan artikel Keutamaan Ridho Kepada Allah, Rasul dan Agama Islam; (b) bagaimana mencari, menemukan, dan/atau meraih ridha Allah? Pertanyaan ini juga sudah direspons tulisan Meraih Ridha dan Cinta Allah.

Saya sebetulnya ingin menambahkah kalimat berikut ini: ridha Allah SWT itu tidak perlu dicari. Sebab, empat belas abad yang lalu, Allah SWT sudah meridhai Islam sebagai agama kita (QS. 5: 3). Kitalah sesungguhnya yang sering belum ridha dengan Allah SWT. Jika kita ridha, maka dijamin Allah SWT akan ridha. Inilah, saya kira, yang dimaksud frase kalimat “hati yang ridha dan diridhai” (QS. 89: 28). Hati yang ridha, bukan akal yang ridha. Jadi, ridha ini soal rasa, roso, soal suara hati nurani yang paling dalam yang hanya bisa didengar Allah SWT dengan seseorang. Orang lain tidak akan pernah tahu.

 

Bersambung